Bangkok: The Journal - Moemoe Rizal

Bangkok: The Journal

Judul Buku: Bangkok: The Journal
Penulis: Moemoe Rizal
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2013 (cetakan pertama)
Jumlah halaman: viii+ 436 halaman
Rate: 4/5
Sinopsis cover:


Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.

Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neonyang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta. 

เที่ยวให้สนุก, tîeow hâi sà-nùk, selamat jalan,

EDITOR


Edvan Wahyudi sedang menghadiri soft opening dari gedung 88 lantai yang ia rancang di Singapura, yang membuat dirinya sombong dan merasa di angan-angan, serta membuat banyak orang iri padanya, ketika tiba-tiba datanglah SMS yang membuatnya terkejut dari adiknya, Edvin. Sang ibu telah meninggal.


Edvan, yang sebelumnya meninggalkan rumah setelah ayahnya meninggal serta membuat dirinya tanpa kabar dimata Ibu dan adiknya segera pulang ke kota Bandung. Namun sayang, saat dia tiba di tempat pemakaman, jasad sang ibu telah dimakamkan sebelum ia melihat wajah sang ibu.

Setelah pemakaman, sang adik pun meminta untuk bertemu dengan Edvan di sebuah kafe, namun betapa terkejutnya ketika menemukan sang adik laki-laki telah menjadi sesosok perempuan yang menyerupai sang ibu.
Aku bertengkar dengan Ibu, sepuluh tahun lalu alasannya adalah Edvin. Aku benci saat Ibu terlalu liberal membiarkan Edvin menjadi dirinya sendiri. Edvin adalah kesalahan, nggak semestinya di dibebaskan. Aku muak melihat Edvin menukar kecerdasannya untuk menjadi diri sendiri.
Edvin, yang telah menjadi perempuan itu telah membuat Edvan kaget dan kesal, namun kabar yang dibawa Edvin lebih membuat Edvan pusing dan dulu meninggalkan sang ibu dan adik. Warisan.

Namun, warisan ini unik.Warisan ini berupa selembar kalender September 1980 dengan gambar wanita berpakaian Thailand yang rapuh.
"Ini jurnal rahasia Ibu," Edvin melanjutkan. "Judulnya 'The End'"
Ya. Dibalik selembar kertas kalender itu terdapat jurnal Ibu Edvan, Edvin pun menjelaskan kalau sang ibu ingin Edvan menemukan 6 lembar jurnal yang lain yang tersebar di penjuru Bangkok, Thailand. Sang Ibu menitipkan jurnal-jurnal itu kepada orang-orang yang ia percaya. Lokasi jurnal sebelumnya terdapat di jurnal sebelumnya. Setelah menemukan semua jurnal, Edvan bisa menembukan dimana letak warisan dari sang Ibu.

Akhirnya, Edvan mengalahkan segala keegoisannya dan pergi meninggalkan pekerjaannya yang sedang bersinar untuk melaksanakan 'tugas' dari sang Ibu di Bangkok.

Dari seorang pramugari, dia lalu diperkenalkan pada Charm, seorang gadis Thailand yang akhirnya menjadi travel guide Edvan di Bangkok dan membantunya mencari jurnal-jurnal sang Ibu di penjuru Bangkok.

Apakah sebetulnya warisan sang Ibu? Baca di Bangkok :)

File:Temple of the Emerald Buddha 2012.JPG
Wat Phra Kaew [link]

Bangkok adalah seri STPC yang pertama saya baca :). 
Saya membawa ini sebagai senjata untuk di baca di bus saat akan pergi (karena cukup jauh, kurang lebih 12 jam), namun akhirnya malah teman saya yang baca.. hahaha..

Hal pertama yang membuat saya ingin membaca buku ini adalah isu transgender yang jarang dibahas di buku-buku lain.. Entah kenapa membuat saya tertarik, ratingnya juga tinggi di goodreads.. Selain itu ini buku kedua dari Moemoe Rizal yang saya baca, setelah Satu Cinta Sejuta Repot yang saya suka♥ 

Ceritanya out of the box, dengan menyajikan pencarian jurnal secara mundur :p Inti novel ini sebetulnya kita diajarkan untuk menerima. Perjalanan ini membuat Edvan menyadari dan membuka mata akan kondisi sang adik dan keluarga yang sudah ia tinggalkan. Dari perjalanannya ini Edvan mendapat banyak pelajaran, mulai dari keluarga, moral (?), dan cinta

Bahasanya yang blak-blakan juga enak disimak, karena novel ini bisa dibilang jurnal dari Edvan. Meskipun banyak kata umpatan dalam bahasa inggris yang errrr.... Untuk bahasa Thailand, jujur aja, agak rumit ya (?) #apa-saya-sendiri-yang-begini-?. Tentang detail tempat, digambarkan dengan indah dan cantik oleh Moemoe Rizal. Saya jadi pengen ke Thailand #masukin-wistlist. Dari sini saya kembali diingatkan tahu akan isu transgender di Thailand yang menghebohkan, bahkan dianggap hal wajar dan sebagai gender ketiga (?) Membuat saya geleng-geleng...

Covernya gak usah ditanya lagi kerennya.. Salut buat Jeffri Fernando ;) Begitu juga ilustrasi halaman dari setiap bab oleh Tyo yang ciamik diiringi quote yang oke punya..

Endingnya agak gantung (no spoiler) gak deh, sebetulnya endingnya sweet dan pas banget kok.. Cuma di saat-saat terakhir novel kok rasanya kurang greget ya (?) Saya juga mengharapkan lebih banyak interaksi antara Edvan dengan para pemegang jurnal (mengenai masa lalu mungkin (?)) namun hal itu jarang terjadi. But it's really really okay...

Saya agak tidak suka dengan sifat Charm di akhir yang moody dan berubah menjadi tertutup.. Sang adik Charm disinilah yang menetralkan, walau hubungan antara Max dan Edvan jadi membingungkan di hampir-akhir cerita (little spoiler, boleh kasih tau ga sebetulnya itu kenapa? Saya masih gak ngerti..)

Itu aja kok.. Overall, it all good dan lovelyyyyyUntuk kalian yang suka kisah romantis sekaligus travel coba baca ini ;)

Here some quote...


"Resep sabar apa, Khun? Aku hanya melakukannya dengan senang hati. Kita hanya hidup satu kali di dunia ini. Kenapa harus frustrasi pada masalah yang kita hadapi? Buat saja itu petualangan. Or something fun." (halaman 189) 
"Kau tak perlu menerima kehadiran mereka," lanjut wanita itu lagi. "Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan. Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata." (halaman 297)

Sekian review saya.. Feel free to comment! Sawatdee kha!

1 kata untuk buku ini: menerima


OL

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

100 Jam - Amalia Suryani dan Andryan Suhari

Luna - Julie Anne Peters

Loves in Insa-Dong - Indah Hanaco